Quantcast
Channel: Komunitas Kretek
Viewing all 2293 articles
Browse latest View live

Sanksi Merokok dan Ketidakmampuan Pengelola Mengurus Asian Games

$
0
0

Mari sukseskan Asian Games, begitu kiranya ajakan pemerintah kepada masyarakat lewat spanduk-spanduk dan poster di media sosial. Di bulan yang penuh kemerdekaan ini, Indonesia memang sedang menjadi tuan rumah gelaran olahraga terbesar se-Asia. Meski ada sekian banyak persoalan, namun Asian Games harus tetap berjalan, semoga bisa dengan baik dan benar.

Tapi tidak perlu kita membahas berapa besar kemungkinan Indonesia menjadi juara Asian Games, toh target yang dibuat cuma ada di 10 besar. Lagipula, ini bukan situs yang cocok untuk membahas itu. Lebih baik, kita bahas satu aturan “dadakan” yang banyak diterapkan di arena pertandingan, yakni aturan kawasan tanpa rokok.

Di Kawasan Olahraga Jakabaring Palembang, misalnya, tersedia cukup banyak papan pengumuman larangan merokok di area tersebut. Tidak tanggung-tanggung, papan pengumuman yang disediakan berukuran besar; 2 x 4 meter. Itu pun masih ditambah papan pengumuman berukuran “sedang” dengan rasio 1,2 x 0,9 meter yang cukup banyak tersebar di arena ini.

Sebenarnya, aturan larangan merokok ini bukanlah hal yang baru. Ini adalah aturan lama, yang kebetulan baru ditegakkan ketika ada gelaran semacam Asian Games ini saja. Seandainya tidak, saya kira pengelola arena olahraga seperti Jakabaring tidak bakal mengurusinya. Toh perawatan fasilitas olahraga saja sudah membuat mereka pusing.

Secara hukum, aturan dilarang merokok ini tercantum dalam Peraturan Daerah Sumatera Selatan Nomor 7 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Dalam Perda ini, arena olahraga termasuk dalam tempat umum yang menjadi salah satu area dilarang merokok.  Jadi, aturan ini sebenarnya bukan aturan baru, hanya baru mau diurus saja.

Yang mengesalkan dari hal semacam ini, tentu saja, adalah ancaman hukum yang mengerikan: denda Rp 500 ribu atau hukuman kurungan minimal 3 bulan. Wadaw, merokok “sembarangan” saja bisa dipenjara berbulan-bulan. Dan ancaman ini hanya tertuju pada perokok yang melanggar, tidak pada pihak lain yang juga bersalah.

Asal tahu saja, berdasar putusan MK Nomor 57/PUU-IX/2011 dengan tegas menyatakan: tempat kerja dan tempat umum lainnya menyediakan ruang merokok. Artinya, tempat umum seperti area olahraga perlu menyediakan ruang merokok untuk masyarakat. Sialnya, jangankan ruang merokok, fasilitas lain di tempat umum seperti ini saja masih belum tersedia.

Akhirnya, banyaklah orang bakal “disebut” merokok sembarangan. Mereka bakal dianggap melanggar aturan karena merokok tidak pada tempatnya. Padahal ya, mereka mau merokok dengan baik dan benar sesuai norma kesantunan dan aturan yang berlaku pun tidak bisa. Lah ruang merokok saja tidak tersedia.

Pelanggaran terkait hal ini, memang hanya ditujukan pada perokok. Padahal ya pengelola tempat umum yang tidak menyediakan ruang merokok juga melanggar aturan hukum. Tapi ya itu, namanya aturan setengah matang, yang penting dibuat agar pemerintah tetap punya martabat karena punya aturan KTR.

Pun karena aturannya setengah matang, pemerintah (baik daerah maupun pusat) tidak pernah benar-benar serius menegakkannya. Buktinya ya hanya ketika ajang besar semacam Asian Games atau lainnya berlangsung, aturan ini ditegakkan. Kalau tidak, seperti sudah dibilang tadi, ya nggak bakal diurus.

Memang sih pengelola arena olahraga Jakabaring mengatakan bakal menyediakan ruang merokok. Tapi ya seberapa banyak dan layak sih ruang merokoknya. Lah stadionnya saja berkapasitas 27 ribu orang, masa ruang merokoknya cuma tersedia dalam hitungan jari. Kan ya nggak masuk akal, bos.

Karenanya, jika memang pemerintah mau mensukseskan Asian Games atau segala kebijakan lain, harusnya mereka telah menyiapkan segala sarana dan prasarana yang mampu mendukungnya. Kalau memang mau terlihat keren karena bakal dilihat tamu dari luar negeri, ya persiapkan ruang merokok dengan benar agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Walau ya agak tidak mungkin mengharap hal seperti itu terjadi. Toh, pengelola Jakabaring telah memberi pernyataan kalau bisa saja seluruh arena tersebut sama sekali tidak memperbolehkan orang merokok. Jika sudah begini, ya kita cuma bisa mengutuki ketidaksiapan pelaksana Asian Games dalam mengurusi hal ini dan segala hal lain yang juga masih busuk dalam tataran pelaksanaan.

The post Sanksi Merokok dan Ketidakmampuan Pengelola Mengurus Asian Games appeared first on Komunitas Kretek.


Rokok Ilegal Dihabisi, Rokok Legal Tak Terbeli

$
0
0

Hidup sebagai konsumen barang dan jasa di Indonesia bukanlah perkara yang mudah. Berulang kali kita kerap dirugikan oleh penjual barang atau jasa yang kita gunakan. Buruknya lagi, lembaga perlindungan konsumen ada tapi seperti tidak ada, tidak banyak melakukan apa-apa. Mereka hanya sedikit bersuara, tanpa ada gerak untuk melindungi konsumen di Indonesia.

Memang menjadi konsumen di Indonesia banyak menyebalkannya, tapi tetap saja ada yang lebih buruk dari itu. Yap! Menjadi konsumen rokok di Indonesia. Yang ini levelnya lebih buruk lagi, sudah dirugikan oleh negara dan diserang terus-menerus oleh kelompok anti rokok, konsumen rokok di Indonesia juga dibebani kebingungan tingkat tinggi.

Kok bingung?

Iya. Rokok adalah barang legal. Tiap batang rokok yang dikonsumsi punya kontribusi bagi pendapatan negara, tapi fakta itu tak cukup untuk membuat negara paham bahwa perokok butuh jaminan kesetaraan hak. Selain harga rokok yang terus melambung, ruang untuk mengonsumsi rokok semakin dipersempit lewat berbagai regulasi yang diskriminatif. Tak hanya untuk aktivitas merokok, bahkan distribusi dan penjualan rokok juga dibatasi. Kota Bogor sudah melakukannya.

Memang sejak 2013 penerimaan cukai dari sektor hasil tembakau selalu mencapai angka ratusan triliun. Kenaikan penerimaan negara ini tentu saja dirasakan sebagai hal yang amat membantu jalannya pemerintahan. Kita sebagai konsumen yang menyumbang sih bangga-bangga saja bisa ikut berkontribusi untuk negara tercinta. Tapi kalau kenaikan cukai yang ditetapkan kelewat tinggi, sementara nasib kita sebagai perokok makin tak dihargai negara, kan jadi kesel juga.

Setelah berbagai variasi kenaikan cukai, Perda KTR juga lahir dimana-mana. Sah-sah saja jika ingin melindungi hak masyarakat yang bukan perokok, tapi sediakan juga ruang merokok. Ini baru regulasi yang menghargai kesetaraan hak.

Harga rokok yang semakin mahal membuat sebagian masyarakat beralih ke rokok ilegal. Rokok ilegal yang dimaksud adalah rokok yang tak dipungut cukai alias tembakau linting di pasar yang harus dilinting secara manual sebelum dikonsumsi. Mudah mengenali jenis rokok ini, tak ada pita cukai seperti di bungkus rokok legal. Rokok ilegal jadi solusi bagi sebagian masyarakat yang tak mampu mebeli rokok legal. Sialnya, rokok jenis itu pun dikebiri keberadaannya. Razia besar-besaran dilakukan oleh bea cukai demi membasmi rokok ilegal.

Di Bojonegoro, misalnya, pada tahun 2017 tercatat ada 250.597 batang rokok ilegal dari 65 operasi penindakkan. Kemudian, pada semester pertama 2018 ada 195.760 batang rokok ilegal dari 36 operasi. Hal serupa juga dilakukan di berbagai daerah. Dengan diberantasnya rokok ilegal, masyarakat kehilangan satu opsi menyiasati harga rokok legal yang tak terbeli. Bingung, kan? Rokok ilegal dihabisi, rokok legal tak terbeli.

Dari fenomena ini kita bisa petik pelajaran, bahwa kesetaraan hak tidak turun dari langit. Semua butuh perjuangan agar terwujud. Konsumen di Indonesia, termasuk konsumen rokok, harus konsisten memperjuangkan haknya agar terlindungi dan tak melulu rugi.

The post Rokok Ilegal Dihabisi, Rokok Legal Tak Terbeli appeared first on Komunitas Kretek.

Menghikmati Anugerah Tembakau Melalui Festival Tungguk Tembakau

$
0
0

Dari ketinggian sekitar 1300 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara sekitar 11 derajat celcius Festival Tungguk Tembakau dilangsungkan. Tepatnya di Desa Senden, Boyolali, Jawa Tengah, berada persis di lereng Merbabu. Dari daerah Jawa Tengah inilah kita ketahui beragam jenis tembakau terbaik Indonesia dihasilkan.

Pada bulan Agustus ini hasil panen petani tembakau terbilang berlimpah ruah. Untuk mensyukuri hasil panen tersebut, masyarakat setempat kerap melakukan ritual. Salah satunya adalah Tungguk Tembakau. Belakang populer disebut sebagai Festival Tembakau.

Festival yang digelar selama tiga hari itu terhitung dari 1 Agustus hingga 3 Agustus 2018 berlangsung khidmat dan meriah. Prosesinya diawali dengan kirab sesaji berupa gundukan tembakau, aneka sayuran, nasi tumpeng dan lauk yang dibawa menggunakan tandu dan dihantarkan ke sebuah makam yang dikeramatkan, yakni Makam Gunungsari.

Kemeriahan ritual adat ini diikuti ratusan penari dan aneka kesenian lokal. Para peserta kirab ini berjalan sejauh 2,5 kilometer membawa sesaji tersebut. Di ujung acara sebagian besar hantaran tersebut dibagikan untuk umum. Masyarakat menyambut kemeriahan festival tersebut dengan penuh antusias.

Menurut sumber setempat, ada sekitar empat ton tembakau dalam kurun lima bulan mampu dihasilkan dari daerah lereng Merbabu. Warga setempat memiliki kepercayaan nasi tumpeng yang telah didoakan di makam Gunungsari akan menambah rejeki, tak heran hasil panen yang melimpah dalam iringan itu diperebutkan masyarakat di akhir acara. Masyarakat setempat meyakininya sebagai upaya ngalap berkah.

Tak dipungkiri kekayaan sumber daya alam Indonesia telah memberi berbagai manfaat bagi penghidupan masyarakat. Kearifan lokal yang lahir dari kejeniusan bangsa kita ditunjukkan pula dengan adanya produk kretek. Perpaduan tembakau dan cengkeh. Yang sampai hari ini bisa kita rasakan keberadaannya.

Bukan hanya mayarakat tani saja yang merasakan hasilnya, dari produk kretek ini pula negara mendapatkan pemasukan. Tidaklah heran jika kemudian lahir berbagai bentuk ungkapan rasa syukur melalui ritus-ritus lokal yang dipersembahkan.

Selain untuk membuktikan betapa kekayaan alam kita adalah anugerah yang membawa manfaat luas. Ritus-ritus yang dilangsungkan itu pun menunjukkan adanya kearifan dan keguyuban bangsa kita dalam memaknai hasil kerjanya.

Tanaman tembakau yang menjadi sumber penghidupan masyarakat telah mengantarkan bangsa ini mendunia melalui kretek dan kearifannya. Hal inilah mestinya yang selalu harus kita ingat bahwa apa yang kita dapatkan hari ini terdapat andil besar dari para pendahulu. Iya mereka adalah para petani sekaligus soko guru bangsa. Pada Agustus ini, dimana perayaan hari kemerdekaan pun dilangsungkan mestinya kita dapat menyerap nilai-nilai kejeniusan masyarakat tani.

Biar bagaimanapun apa yang kita (baca: konsumen) konsumsi hari ini tak lepas dari andil kerja petani yang berada di hulu industri olahan. Dari situlah kita harusnya mampu pula merefleksikan rasa syukur atas kemerdekaan serta kebermanfaatan tembakau bagi bangsa ini.

 

 

The post Menghikmati Anugerah Tembakau Melalui Festival Tungguk Tembakau appeared first on Komunitas Kretek.

Selain Sarri, Beberapa Pelatih Kenamaan Dunia Ini Juga Perokok

$
0
0

Mauricio Sarri adalah seorang perokok berat. Padahal rokok dan olahraga nampak seperti bermusuhan. Seperti yang selalu digembor-gemborkan pemerintah, rokok kerap digambarkan sebagai sesuatu yang sangat berbahaya. Tapi, apa yang digambarkan itu tak membuat Sarri berhenti. Kita tentu masih ingat saat Babak Europa League memasuki 32 besar, klub yang dikomandoi Sarri, Napoli, bertandang ke RB Liepzig.

Hal unik terjadi sebelum laga itu. Pihak RB Liepzig tak menyoal kebiasaan merokok Sarri. Bahkan, Sarri diberikan ruang merokok khusus untuknya. Sebuah bentuk saling menghargai yang patut ditiru di Indonesia . Nah, Kretekus, ternyata selain Sarri beberapa pelatih  kenamaan dunia ini juga adalah seorang perokok loh. Sudah tahu? Kalo belum silakan disimak.

1. Marcelo Lippi

Adalah pelatih yang gelarnya mentereng. Bagaimana ngga mentereng, ketika melatih Juventus, Ia berhasil mematahkan dominasi AC Milan kala itu. Di Juventus, Hingga kurun waktu 1999, ia berhasil mempersembahkan 3 liga Italia, 1 Liga Champions, 1 gelar super Eropa dan 1 piala interkontinental. Ia sempat melatih Inter dan nir-gelar. Tapi jodoh mempertemukannya kembali dengan I Bianconeri. Periode keduanya ini bersama Juve ia berhasil membawa Juve merengkuh 2 liga Italia pada 2001 dan 2002 serta sepasang piala Italia.

Prestasi termutakhir nya tentu saja saat membawa Italia menjadi juara piala dunia 2006. Saat perayaan gelar, Lippi tertangkap kamera sedang menyelipkan rokok dibibirnya. Mungkin itu adalah sebuah simbol perayaan sekaligus pembuktian jika tak ada yang salah ketika ia menjadi seorang perokok.

2. Joachim Loew

Siapa yang tak kenal sosok dibalik suksesnya Jerman pada piala dunia 2014 ini. Loew yang identik dengan kaos oblong kala memberi instruksi di pinggir lapangan ini ternyata juga adalah seorang perokok. Saat laga Jerman melawan Portugal pada 2008, beredar foto saat Ia kedapatan merokok di sebuah ruangan. Tentu ramai pemberitaan media saat itu. Loew tak membantah jika Ia merokok. Karena itu memang benar.

“Apa lagi yang bisa saya katakan? Itu urusan pribadi saya. Saya terkadang merokok atau minum anggur, tak ada yang istimewa” katanya, dilansir oleh Sportskeeda.

Bahkan ketika memimpin Jerman di Piala Euro 2012, Loew memperbolehkan pemainnya jika ingin merokok. Kebijakan diperbolehkan merokok ini tentu saja dengan syarat, seusai makan dan dalam rapat pertemuan tim. Pemain memang butuh rileks, jika merokok ternyata mampu membuat pemain lebih tenang menghadapi tekanan, kenapa tidak?

3. Johan Cruyff

Cruyff adalah pemain dan pelatih yang sukses di kariernya. Sebagai pemain, Ia berhasil merengkuh 21 gelar bersama Ajax Amsterdam dan Barcelona. Sebagai pelatih, kapasitas Cruyff juga tak perlu dipertanyakan. Bersama Ajax dan Barca, Ia bisa merengkuh 12 gelar. Ia bahkan diklaim sebagai penyelamat Barcelona karena filosopi sepakbolanya. Jelas, karena Barca hari ini adalah andil Cruff di masa lalu.

Cruyff yang meninggal di usia 68 tahun ini juga berhasil membawa Timnas Belanda menjadi Runner-up Piala Dunia 1974.

Konon, ia bisa menghabiskan rokok 20 batang dalam sehari. Lumayan banyak. Banyak orang yang setuju jika Cruff adalah pemain yang jenius. Bahkan, mirror.co.uk menyebutkan Cruff adalah pemain yang paling dihormati.  Sebagai filsuf sepakbola, keindahan bermain yang dibawanya saat menjadi pemain atau pelatih harusnya mampu kita hargai dengan tak menyalahkan pilihannya merokok. Marcelo Lippi sudah sangat uzur, Ia masih merokok dan tak ada masalah berarti, kan?

4. Carlo Ancelotti

Carlo Ancelotti lahir di Reggiolo pada 10 Juni 1959. Sebuah kota di Provinsi Reggio Emilia. Kota yang melahirkan salah satu sejarah sepakbola dalam diri Carlo. Ia adalah salah satu pelatih tersukses di level klub. Pada 1996-1997 Parma dibawanya menjadi Runner-up liga Italia dan mampu berlaga di liga Champions. Kemampuannya meracik strategi di Parma membawanya dipinang klub besar Italia, Juventus.

Kesuksesannya sebagai pelatih tentu saja banyak dikenal publik ketika di AC Milan. Musim 2002-2003 tentu jadi masa emasnya sebagai pelatih. Ia berhasil membawa Milan meraih Copa Italia pada musim itu. Trofi pertamanya sebagai pelatih. Selanjutnya, banyak gelar diraihnya bersama Milan. Termasuk Liga Champions Eropa dan bisa membawanya menjadi salah satu pelatih yang jadi primadona.

Tapi, dengan segelimang prestasi itu, Don Carlo –jukukannya– adalah seorang perokok. Beberapa kali ia tertangkap kamera sedang merokok. Saat itu pekan ke 37 la liga, Real Madrid klub yang dilatih Don Carlo bertandang ke Espanyol. Ia tak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Musim itu Real Madrid kalah dari Barcelona dalam perburuan gelar La Liga.

Don Carlo yang tak mendampingi anak asuhnya karena terkena sanksi menyaksikan anak asuhannya di tempat private. Tentu saat itu, Ia sedang merokok. Memang, sih, merokok tak merubah hasil. Real Madrid tetap tak juara La Liga, tapi setidaknya bagi Ancelotti itu menenangkan.

Nah, Kretekus, itu adalah 4 pelatih kenamaan yang merokok selain Sarri. Mereka tetap menuai karier gemilangnya dengan berbagai macam gelar yang direngkuh. Jadi, jangan lagi bilang jika merokok itu menghambat prestasi.

The post Selain Sarri, Beberapa Pelatih Kenamaan Dunia Ini Juga Perokok appeared first on Komunitas Kretek.

Penyederhanaan Golongan Cukai Rokok Hanya Menguntungkan Perusahaan Rokok Putih

$
0
0

Dari tahun ke tahun, dorongan untuk membuat cukai rokok tinggi kian masif. Entah itu didorong dengan hoax, diwacanakan agar harganya tinggi, atau dipaksakan naik tinggi dari kemampuan industri. Semua dilakukan dengan satu dalih: melindungi kesehatan masyarakat.

Keberadaan cukai rokok sendiri memang dibuat dengan maksud membatasi konsumsi masyarakat. Mengingat kehadirannya sebagai barang konsumsi yang memiliki faktor risiko terhadap penyakit tertentu. Sederhananya sih begitu.

Beragam upaya menaikkan harga cukai rokok dilakukan, salah satunya adalah mendorong penyederhanaan golongan cukai rokok. Mungkin, penyederhanaan didorong dengan anggapan agar penghitungan tarif cukai lebih mudah. Agar semua jenis rokok diberi tarif yang sama, agar harganya sama-sama tinggi.

Namun perlu diingat, banyaknya golongan cukai rokok di Indonesia juga disebabkan beragamnya level industri rokok yang ada. Selain itu, ragam jenis produk rokok di Indonesia juga banyak. Ada kretek tangan, kretek mesin, juga rokok putih. Tentu saja berbeda dengan banyak negara lain yang hanya mengenal rokok putih.

Sebenarnya, pembagian golongan tarif cukai di Indonesia sudah diperhitungkan dengan matang. Dengan pembagian golongan, perusahaan rokok kecil tidak akan membayar tarif cukai yang sama dengan perusahaan besar. Asas keadilan seperti ini telah diperhitungkan dengan tujuan: agar perusahaan rokok kecil tetap bisa bersaing dan beroperasi.

Namun, dengan keluarnya Peraturan Menteri Keuangan nomor 146/2017 tentang penyederhanaan layer tarif cukai rokok hal-hal penting dan mendasar seperti di atas tidak bakal berlaku lagi. Penyederhanaan ini bakal dilakukan bertahap, yang akan dimulai dengan 10 golongan cukai pada tahun ini.  Targetnya, pada tahun 2021, golongan tarif cukai hanya akan tersisa 5 dan bakal memberatkan perusahaan rokok kecil.

Coba bayangkan, dengan jumlah produksi rokok yang juga tidak besar-besar amat, mereka harus membayar tarif cukai yang sama dengan perusahaan besar. Sudah susah bersaing, perusahaan rokok kecil juga dipaksakan membayar uang besar yang tidak mereka punya. Ingat, walau dibebankan pada konsumen, pembelian pita cukai itu dilakukan dengan dana talangan dari perusahaan. Kalau tidak mampu bayar, ya tidak bisa berproduksi.

Kebangkrutan massal bakal terjadi apabila kebijakan ini benar-benar diterapkan. Dengan beban yang sekarang ada saja, sudah banyak perusahaan rokok yang bertumbangan. Apalagi nanti, jika penyederhanaan golongan tinggal menyisakan 5 layar yang tidak lagi membedakan kemampuan perusahaan rokok besar dan kecil.

Saya yakin, pasti orang-orang bakal mengira bahwa perusahaan rokok besar yang diuntungkan dengan hal ini. Tanpa perlu usaha yang lebih keras untuk promosi, mereka sudah terbantu dengan tumbangnya saingan dagang mereka. Ingat, ancaman terbesar dari kebijakan ini adalah tumbangnya industri kretek di Indonesia.

Padahal, pihak yang sebenarnya diuntungkan dari kebijakan tolol seperti ini adalah perusahaan rokok putih yang nontabenenya adalah perusahaan asing. Iya, memang ada satu dua perusahaan kretek yang sudah dikuasai modal asing. Tapi itu hanya 2 diantara sekian ratus perusahaan nasional yang ada.

Kalau sudah begini, nantinya harga rokok putih bakal sama dengan harga-harga rokok kretek. Jika harga sudah sama, perusahaan rokok putih bakal lebih mudah menyasar konsumen kretek karena harga yang diberikan sudah setara dengan harga kretek. Dengan begitu, pasar kretek yang khas nusantara bakal jatuh, dan keuntungan paling besar akhirnya diraih oleh perusahaan rokok putih.

Pada akhirnya, kita hanya tinggal menunggu waktu saja kematian industri kretek yang dibasmi oleh kebijakan keblinger dari regulasi sial penyederhanaan cukai.

 

The post Penyederhanaan Golongan Cukai Rokok Hanya Menguntungkan Perusahaan Rokok Putih appeared first on Komunitas Kretek.

Randy Martin, Duta Anti Rokok yang Tak Paham Dengan Ucapannya Sendiri

$
0
0

Remaja milenial sekaligus selebritis muda, Randy Martin, dipilih oleh Kementerian Kesehatan dan Yayasan Plan International Indonesia sebagai duta anti rokok. Saat ditunjuk menjadi duta, Randy mengaku kaget. Tapi, Ia akhirnya menerima dengan alasan tergerak untuk mengajak anak muda menjalani gaya hidup yang lebih baik. Pertanyaannya, apakah menjadi perokok secara otomatis membuat seseorang menjalani gaya hidup tidak baik?

Begini, merokok atau tidak adalah pilihan bebas tiap individu. Jadi, siapapun berhak merokok. Begitu pun sebaliknya, siapapun berhak untuk tidak merokok. Ada beberapa alasan; pertama, rokok adalah barang legal. Dari tiap batang rokok yang dikonsumsi turut berkontribusi bagi pemasukan negara. Kedua, isu kesehatan yang kerap dikaitkan dengan rokok adalah ‘mainan’ anti rokok yang terus direpetisi tanpa pembuktian valid dan kredibel. Ketiga, sudah ada beberapa penelitian juga yang menjelaskan tentang khasiat dari tembakau, bahan baku rokok.

Yang miris dari fenomena ini adalah Randy memaknai penunjukan dirinya menjadi duta anti rokok sebagai bukti keberhasilannya menerapkan pola hidup sehat.

 “Ini tuh bagus buat diri aku dan memberi contoh untuk anak muda lainnya, bagaimana menyenangkannya menjalani hidup dengan sehat,” ucap Randy Martin dalam jumpa pers di Plaza Kuningan.

Mungkin dia tak kenal dengan artis cantik yang kerap melakukan kampanye pola hidup sehat, Dian Sastro, seniornya. Dian Sastro merupakan seorang perokok. Jadi, mempertentangkan aktivitas merokok dengan kesehatan bagai merekatkan magnet pada kutub yang sama. Konyol!

Randy Martin, sang duta anti rokok yang sehat bugar itu juga menghimbau pemerintah untuk mengurangi iklan rokok.

“Sebaiknya iklan rokok dikurangi, terutama bagi pemerintah karena dampaknya besar sekali,” kata Randy.

Randy benar, dampak iklan rokok memang besar. Tak hanya iklannya, rokoknya juga punya dampak besar bagi negara. Plt. Direktur Teknis dan Fasilitas Cukai Direktorat Jendral Bea Cukai, Nugroho Wahyu Widodo, mengakui bahwa dari sebungkus rokok seharga Rp 20.000, negara mendapat keuntungan sekitar Rp 13.000. Itulah besarnya sumbangsih rokok bagi negara. Tapi, rasanya bukan itu dampak yang dimaksud oleh Randy. Entah apa. Mungkin Ia juga tak paham dengan ucapannya.

Terakhir, Randy Martin juga mengatakan bahwa generasi penerus bangsa tak perlu merokok.

“Generasi muda adalah penerus bangsa, jadi it’s cool to not smoke,” katanya.

Dik Randy ini perlu tahu bahwa banyak di antara para founding father bangsa ini yang merupakan seorang perokok. Mungkin Dik Randy belum pernah melihat foto populer saat presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, merokok bersama Nikita Kruschev pada musim dingin di Rusia. Perokok tak bisa jadi penerus bangsa? Coba jelaskan, Dik. Jelaskan!!!

Hmm, saya sedikit ragu dengan kapasitas Randy Martin baik secara mentalitas dan wawasan tentang dunia pertembakauan, khususnya rokok. Randy perlu tahu bahwa status anti rokok sangat sarat kepentingan. Mungkin tujuan Randy baik, ingin berbagi pengalamannya hidup di lingkungan perokok. tapi, bisa jadi ada pihak yang diuntungkan dari kerja-kerja Randy sebagai duta anti rokok yang Ia jalani dengan niat tulus.

The post Randy Martin, Duta Anti Rokok yang Tak Paham Dengan Ucapannya Sendiri appeared first on Komunitas Kretek.

Tak Bisa Berkurban dan Haji Karena Merokok Itu Cuma Pikiran Orang Tak Mampu

$
0
0

Kemarin, jelang-jelang Idul Adha, banyak orang menyemarakkan sebuah pandangan bodoh tentang rokok. Katanya, “Lebih baik uangmu ditabung untuk dibelikan kurban, ketimbang kamu bakar habis hanya untuk rokok”. Bah, bagaimana akal sehat kita dipersekusi oleh cara pandang yang semacam itu.

Jadi begini saudara-saudara sebangsa dan setanah air, apapun yang hendak kalian lakukan, mbok ya jangan melulu dikaitkan dengan merokok. Jangan karena ada orang yang merokok tidak ikut berkurban, lantas kalian salahkan rokok sebagai biang keladinya. Memangnya, kalian yang tidak merokok ini juga ikutan berkurban?

Persoalan berkurban, naik haji, dan sebagainya, ini memang hanya dilakukan oleh orang-orang yang telah memenuhi syaratnya. Salah satunya adalah memiliki kemampuan untuk itu. Lah kalau belum mampu, ya jangan dipaksa untuk mampu. Toh kalian yang tidak merokok, kalau tidak mampu melakukannya pun tidak boleh dipaksakan.

Kemudian, kalau semua hal tersebut harus dilakukan dengan niat yang tulus. Ingat, harus dengan niat yang sungguh-sungguh. Bukan cuma sekelebat pikiran saja mau melakukan itu, padahal yang kejadian ya anu. Bilang, ”Ah ingin berkurban”, kenyataannya ya tidak melakukan apa-apa untuk mewujudkan keinginan tadi.

Pada masalah ini, satu alasan utama kenapa kita, baik perokok maupun tidak, gagal melakukannya adalah karena tidak sungguh-sungguh ingin mewujudkannya. Kalau memang niat ya, menabunglah. Mau naik haji ataupun berkurban, ya kumpulkan uang dengan konsisten. Jangan menabung sehari, seminggunya menghamburkan uang.

Biasanya dalam urusan begini, orang-orang bakal bilang kalau uang rokokmu ditabung kamu bisa mewujudkannya. Sebungkus Rp 20 ribu, ditabung setahun sudah banyak tuh duit, bisa buat beli kambing. Ya padahal, para perokok yang memang niat berkurban dan naik haji juga bisa mewujudkan keinginan tersebut. Ini bukan persoalan kaya atau miskin ya, toh para perokok yang uangnya terbatas juga tetap bisa berangkat haji dari uang tabungannya.

Inilah bantahan nyata atas kesesatan cara berpikir masyarakat terhadap rokok juga konsumennya. Kebencian mereka terhadap perokok, ditambah ketidakmampuan mereka untuk berkurban dan naik haji, dilampiaskan seluruhnya pada orang yang merokok. padahal ya, kalau tidak mampu berkurban terima saja nasibmu. Atau ya kalau menyalahkan, coba refleksi dulu, bisa jadi itu karena kesalahan dirimu sendiri.

Coba saja lihat tempat penyembelihan hewan kurban di dekat rumahmu, hitunglah berapa hewan kurban yang diberikan para perokok, tidak sedikit kan?

Ya begitulah kalau orang sudah benci, apapun yang terjadi semua pasti disalahkan ke perokok. Jika memang mau berpikir adil juga pakai akal sehat, semua masalah yang kamu sangkakan itu hanyalah akal bulus dari kampanye-kampanye busuk soal rokok. Namanya juga bulus, kalau terlalu banyak terhasut hoax nantinya malah hidupmu yang tidak bahagia.

Karena itu, di hari yang raya itu, selain mengucap segala takbir atas kebesaran Tuhan, ada baiknya kita juga merefleksikan diri. Apa yang sudah kamu korbankan untuk kemaslahatan umat nyatanya tidak banyak berarti. Coba bandingkan sama perokok yang uangnya (baca: cukai) dipakai untuk kasih pemasukan ke negara. Dari talangi anggaran BPJS sampai bangun rumah sakit, itu pakainya perokok loh.

The post Tak Bisa Berkurban dan Haji Karena Merokok Itu Cuma Pikiran Orang Tak Mampu appeared first on Komunitas Kretek.

Ironi Tembakau dan Perokok di Pulau Dewata

$
0
0

Budidaya tembakau di Bali telah mengalami catatan panjang yang terbukti dapat menghidupi para petani dan masyarakat. Tentu tak hanya menjadi sumber penghidupan petaninya saja, dari komoditas pertembakauan ini pemerintah daerah pun mendapatkan pemasukan yang cukup menggembirakan. Iya, salah satunya dari cukai rokok.

Tercatat pada tahun 2018 ini provinsi Bali mendapatkan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCHT) sebesar Rp 1,4 miliar. Angka yang tidaklah kecil tentunya. Diakui hal itu oleh pihak Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Holtikultura Bali, bahwa dana yang didapat ini dibagi-bagi lagi ke daerah-daerah penghasil tembakau di Bali.

Kabarnya dana tersebut digunakan untuk membantu meningkatkan produktivitas pertanian tembakau, di antaranya dibagikan ke daerah Gianyar, Bangli, Klungkung, dan Karangasem. Dipakai untuk pengadaan bibit dan pupuk, pelatihan serta studi banding.

Dari empat poin pemanfaatan dana tersebut ada dua hal yang mesti ditinjau lebih lanjut, yakni pemanfaatan untuk pelatihan dan studi banding. Yang bagi saya itu tidakl terlalu krusial. Meski memang atas dalih peningkatan produktivitas bisa saja itu dibenarkan. Boleh jadi pemanfaatan untuk dua hal tersebut bukanlah klausul yang benar-benar diharapkan petani.

Jika kita melihat kinerja pemanfaatan DBHCHT yang salah satunya memang untuk meningkatkan hasil pertanian tembakau, seperti yang sudah dilakukan oleh DKPP (Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian) di Probolinggo misalnya. Sebagai satu contoh yang dapat dijadikan acuan. Terbukti lebih terukur dan realistis.

Pemanfaatan dana tersebut lebih kepada pengadaan alat kerja pertanian dan pembinaan, serta hibah prasarana yang berdampak langsung. Iya tentu capaiannya demi mendapatkan target panen yang lebih berkualitas.

Hal itu dilakukan bukan sekadar untuk menggugurkan kewajiban, namun pula berbasis perencanaan yang matang dan terukur, karena itikad yang dikedepankan adalah meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani.

Potensi lahan tembakau di Provinsi Bali sendiri tercatat sekitar 680 ha rata-rata per tahun. Tentu nilai miliaran dari cukai rokok tersebut dapat lebih menyasar pada target public goods yang bermanfaat bagi penyumbang cukai rokok, yakni konsumen.

Di sini ironisnya, konsumen rokok justru tidaklah mendapatkan perhatian atas pemanfaatan DBHCHT ini, iya terkait keberpihakan pemerintah provinsi dalam memaknai KTR (Kawasan Tanpa Rokok) misalnya. Ingat loh, perokok juga salah satu stakeholder pertembakauan yang punya andil penting dalam hal penerimaan cukai.

Terkait tiadanya upaya konkret dalam mewujudkan ruang-ruang yang memadai bagi perokok dalam mengonsumsi produk legal tersebut. Menilik lagi pemberlakuan Perda KTR di Bali yang justru berlaku diskriminatif. Di antaranya pula terkait pelarangan ritel rokok memajang produk dagangannya. Rokok yang dijual harus disembunyikan seperti halnya yang terjadi di Bogor.

Padahal jika pemerintah provinsi Bali mau berlaku fair, mestinya ritel maupun konsumen rokok juga mendapatkan perhatian yang setara dengan keberadaan produk lainnya, bukan malah didiskriminasi. Coba itu, daripada buat studi banding mending digunakan untuk membangun banyak ruang merokok yang manusiawi. Yang dari sisi itu juga dapat meningkatkan citra daerah wisata yang berkeadilan

 

 

The post Ironi Tembakau dan Perokok di Pulau Dewata appeared first on Komunitas Kretek.


Asian Games, Pesta Seluruh Rakyat Termasuk Perokok

$
0
0

Bulan Agustus tahun ini terasa meriah bagi bangsa Indonesia. Seperti biasa, bulan Agustus penuh dengan perayaan, perlombaan dan berbagai agenda menyambut kemerdekaan hingga puncaknya di tanggal 17. Yang berbeda dari tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah alias penyelenggara pesta olah raga antar bangsa se-Asia, yaitu Asian Games ke 18. Luar biasa!

Sehari setelah perayaan kemerdekaan, Asian Games 2018 resmi dibuka dengan pesta Opening Ceremony yang mewah dan meriah di Gelora Bung Karno. Ditambah atraksi Presiden Jokowi yang memasuki stadion GBK dengan mengendarai moge, penonton semakin riuh bergembira.

Pemerintah membangun narasi bahwa Asian Games ke 18 yang dihelat di Jakarta dan Palembang adalah pesta seluruh rakyat Indonesia. Iya, seluruh rakyat Indonesia. Sengaja saya ulang agar semakin jelas bahwa yang berhak merayakan kemeriahan Asian Games adalah seluruh rakyat Indonesia. Sialnya, ada beberapa aturan yang, pada titik tertentu, justru menimbulkan kesan diskriminatif dan membatasi.

Yap! Asian Games di Jakarta dan Palembang dipastikan steril dari asap rokok. Lalu apa masalahnya? Bukankah sudah seharusnya gelanggang olah raga bebas dari asap rokok?

Begini. Dalam rangka melindungi hak masyarakat yang tidak merokok, panitia memberlakukan aturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di berbagai venue Asian Games. Saya sepakat jika masyarakat yang bukan perokok harus diakomodir haknya. Tapi, mengakomodir hak mereka yang bukan perokok bukan berarti harus menihilkan hak perokok. Faktanya, para perokok terdiskriminasi; tinggalkan rokok kalau mau ikut berpesta. Kenapa demikian? Karena panitia tidak menyediakan ruang merokok.

Di sinilah poin permasalahannya. Keberadaan ruang merokok dijamin oleh undang-undang. Berdasar putusan MK Nomor 57/PUU-IX/2011 dengan tegas menyatakan: tempat kerja dan tempat umum lainnya menyediakan ruang merokok. Artinya, tempat umum seperti area olahraga perlu menyediakan ruang merokok untuk masyarakat. Ternyata berbagai venue modern yang disiapkan oleh panitia tak menyediakan ruang merokok.

Di Stadion Patriot Candrabaga, misalnya, para perokok dibuat tidak nyaman. Petugas keamanan dari kepolisian dan sukarelawan melakukan razia ketat terkait rokok dan alat pemantik api. Ketika hendak memasuki area stadion, para penonton harus melewati pemeriksaan barang bawaan dan juga fisik. Untuk barang bawaan, pemeriksaan dilakukan oleh alat khusus. Adapun untuk fisik, terdapat petugas-petugas yang disediakan untuk memeriksa. Barang-barang yang dilarang masuk stadion berupa alat pemantik api yakni korek gas dan juga botol air mineral.

Di Indonesia, membawa korek api seperti sedang membawa barang berbahaya. Padahal, korek tersebut dibeli dengan uang halal. Rokoknya pun halal. Ya mosok disita juga. Memangnya kalau korek api itu masuk stadion, para perokok itu bakal membakar kursi? Ya berlebihan juga kalau menduga demikian. Panitia sudah kadung kekeuh, membawa korek adalah pelanggaran.

Pelanggaran terkait hal ini, memang hanya ditujukan pada perokok. Padahal, pengelola tempat umum yang tidak menyediakan ruang merokok juga melanggar aturan hukum. Tapi, ya begitulah, namanya juga aturan setengah matang, yang penting dibuat agar pemerintah tetap punya martabat karena punya aturan KTR.

Karena merokok dilarang dan tidak ada ruang merokok yang tersedia, saya jadi ingin mempertanyakan ulang: apa benar Asian Games itu pesta seluruh rakyat? Lalu, perokok itu termasuk rakyat gak sih?

The post Asian Games, Pesta Seluruh Rakyat Termasuk Perokok appeared first on Komunitas Kretek.

Kekonyolan yang Berulang, Mustahik yang Kedapatan Merokok Dicoret dari Haknya

$
0
0

Isu terkait dicoretnya nama penerima bantuan ataupun zakat yang kedapatan merokok menambah lagi daftar kekonyolan antirokok. Bagimana tidak konyol, rokok dianggap sebagai indikator kemewahan bagi masyarakat miskin. Satu hal yang diskriminatif terus saja terjadi kepada perokok.

Sebagian besar mereka yang membenci rokok selalu saja menilai rokok sebagai produk yang hanya bisa dibeli oleh orang banyak duit. Iya ini semua terjadi sejak isi kepala para pembenci itu percaya kalau orang miskin haruslah terlihat menderita. Terlihat susah tidak mampu beli telepon seluler, tidak mampu beli pulsa pula. Karena hidup mereka hanya diukur sekadar mampu banting tulang demi bisa makan sehari-hari. Singkatnya, orang miskin adalah mereka yang secara ekonomi serba mentok sana mentok sini.

Orang miskin di Indonesia sebetulnya juga punya kekayaan lain. Kekayaan yang bukan hasil manipulasi ataupun money laundry. Memang secara kasat tidak terlihat, justru mereka lebih digdaya dalam hal investasi sosial. Pergi kenduri ke tetangga, ikut kerja bakti di lingkungan, pula membantu temannya yang sedang kerepotan butuh tenaga.

Iya, hal wajar jika dari investasi sosial itu misalnya dia dapat bonus rokok. Yang artinya, rokok bukan melulu barang yang harus didapat lewat membeli. Itulah kekayaan yang belum tentu sama terjadi di kelas masyarakat lainnya.

Pasalnya memang, rokok tidak pernah dilihat sebagai medium perekat hubungan antar sesama. Bagi mereka yang antirokok, aktivitas merokok masih dipandang sebagai satu indikator kemampuan seseorang dalam hal finansial. Iya wajar sih kalau pembenci rokok melihatnya begitu, karena mungkin mereka tahunya semua kesenangan hanya bisa didapat dari membeli.

Isu bakal dicoretnya penerima zakat alias mustahik yang kedapatan merokok itu beberapa waktu lalu tersampaikan melalui pernyataan Abdul Kohar, Kepala Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Banjar. Yang menegaskan bahwa penerima manfaat, salah satunya fakir miskin yang kedapatan merokok tidak akan diberikan bantuan lagi. Menurut dia, fakir miskin dan warga tidak mampu akan dianggap mampu ketika merokok. Bukan maen. Diskriminatif betul.

Perkara serupa juga pernah terjadi pada medio Juni tahun lalu, yang dinyatakan oleh Ketua Badan Amil Zakat Nasional Kota Bandung, bahwa zakat diberikan hanya kepada warga yang tidak merokok. Sekali lagi kebencian antirokok dalam memerangi perokok kerap bermain menggunakan instrumen agama.

Padahal banyak orang tahu, kalau pemasukan negara juga ditopang dari duit perokok. Dari cukai rokok yang dikenakan per batangnya, bahkan dari duit perokok itu pula persoalan defisit BPJS dapat tertalangi, sampai kepada pembangunan rumah sakit paru termegah di Jawabarat. Duit perokok itu, Bos.

Ingat loh, Bos. Mereka yang didiskriminasi oleh Anda itu terbilang pahlawan devisa juga. Jadi tidak bisa seenak perut saja main coret dari penerima manfaat (mustahik) cuma lantaran kedapatan merokok. Kalau logikanya orang yang merokok dianggap orang mampu, lalu bagaimana dengan orang yang super mampu tapi perilakunya koruptif, dan jelas-jelas punya andil utama dalam memiskinkan masyarakat yang digolongkan sebagai orang miskin itu.

Coba itu lihat. Arahkan pandangan ke layar berita. Tak usah pakai kaca mata apapun, cukup dengan mata telanjang saja. Berapa banyak nama sudah yang terbukti merampok uang rakyat sehingga berdampak memiskinkan banyak orang. Coba singgung, apakah mental mereka begitu karena suka merokok? Di luar bejat di dalam penjara belaga alim. Coba yang kayak gitu dicoret juga dari daftar pemeluk agama dong. Sekalian jangan diterima duit bayar zakatnya.

 

The post Kekonyolan yang Berulang, Mustahik yang Kedapatan Merokok Dicoret dari Haknya appeared first on Komunitas Kretek.

4 Jenis Korek Api yang Perokok Pasti Tahu

$
0
0

Korek api adalah benda yang berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dibilang, penemuan korek api adalah satu hal ajaib dari perdaban manusia selain ditemukannya penggunaan roda. Rasanya, sulit membayangkan bagaimana membakar sampah jika korek api tidak pernah ada. Tentu lagi bagi kita fungsinya untuk menyalakan rokok.

Sebagai seorang perokok, saya kadang tak selalu membawa korek api, itu kenapa saya tak jarang meminjam korek api teman untuk menyalakan rokok. Korek api yang saya pinjam itu cukup beragam. Ada yang suka koleksi korek api? Nah, sekadar menyegarkan ingatan, siapa tahu pula ada yang belum kenal  jenis-jenisnya. Yuk disimak apa saja 4 jenis korek api yang umum dikenal.

1. Korek Api Kayu

Jenis korek api ini adalah sebatang kayu yang ujungnya ditutupi bahan fosfor yang bisa menghasilkan api lewat gesekan. Singkat sejarahnya, korek api yang dinyalakan dengan digesek ini ditemukan oleh kimiawan Inggris, John Walker pada 1827. Penemuan awalnya dilakukan pada 1680-an, dengan campuran fosfor belerang oleh Robert Boyle, tapi hasilnya kurang memuaskan dan Walker yang menyempurnakan itu sehingga dapat memunculkan api ketika digesekkan ke permukaan kasar.

Jenis Korek Api Kayu masih bisa kalian temui di warung-warung, loh. Harganya Rp. 500 per kotak. Sebagai perokok, jenis korek api seperti ini adalah yang ‘anti curanrek’. Relatif aman jika kalian taruh di meja saat nongkrong bersama teman, ngga bakal ada yang mau ngambil.

2. Korek Api Gas (Tokai)

Korek api ini menggunakan cairan seperti naptha atau buthana. Untuk dapat menghasilkan percikan dan menyulut terjadinya bunga api, digunakan batu api yang digesekan pada permukaan yang sangat kasar, sehingga bunga api ini menyulut cairan atau gas sehingga terbakar. Besar apinya tentu saja bisa diatur.

Korek api gas dikalangan kita lebih fimiliar dibanding korek api kayu, mungkin karena penggunaannya juga yang lebih simpel. Korek api gas ini juga bermacam-macam ragam variannya, bukan cuma yang hanya berawarna tapi juga ada yang pakai corak batik, ada yang mengeluarkan edisi bendera negara ketika menyambut event sepakbola bergengsi, atau bermacam-macam lainnya. Mungkin, salah satu dari kalian adalah kolektor Korek Api Gas.

3. Lighter untuk Cangklong

Ohiya, Kretekus, kalian di sini ada yang merokok menggunakan pipa cangklong? Wah, biasanya pengguna cangklong ini tipe yang senang bertualang menikmati berbagai cita rasa tembakau. Nah, untuk kalian yang suka merokok dengan pipa cangklong, pasti kalian tak asing dengan lighter untuk cangklong. Yang mempunyai ciri bersungut pada bagian keluaran apinya. Ada juga yang menyebutnya korek magnet, lantaran sumber api dan kerja mekanisnya berbeda dari korek gas yang mengandalkan percikan dari batu api. Model lighter untuk cangklong ini amatlah beragam, begitupun harganya.

4. Zippo

Zippo didirikan oleh George G Blaissdell, orang yang sangat berkomitmen memproduksi korek dengan kualitas yang bagus. Korek api ini terkenal dan tersebar di banyak negara, apalagi juga punya reputasi yang tinggi bagi korek api yang tahan angin.

Umumnya perokok pasti tahu apa itu Zippo, satu merk korek api yang cukup legendaris seantero jagat. Desain tampilannya unik dan keren, komunitas penggemarnya pun tersebar di berbagai belahan dunia. Zippo di tangan perokok yang menggemarinya dipercaya dapat mengangkat gengsi tersendiri. Jenis korek yang satu ini memang cukup berkelas. Layaknya punya Jeep klasik. Soal harga, baiknya kalian cek saja sendiri ya, Lur.

Nah, itu ada 4 Jenis korek yang kita (sebagai perokok) pasti tahu. Ada beragam korek api yang bisa kita gunakan untuk menjadi pemantik saat kita ingin merokok, apapun merk, jenis, serta keunggulannya, hal yang patut kita syukuri adalah peran korek api di kehidupan perokok. Tanpa korek api, rokok tak akan menyala, sama seperti aku tanpa kamu, tak akan menjadi apa-apa. Heuheuheuheu

 

The post 4 Jenis Korek Api yang Perokok Pasti Tahu appeared first on Komunitas Kretek.

Melihat Peranan Orang Tua dalam Fenomena Balita Merokok

$
0
0

Balita yang merokok adalah fenomena. Karena fenomena, ia tidak dapat digeneralisir. Meski kemudian, kita tidak boleh memalingkan muka bahwa fenomena ini adalah sebuah masalah yang harus diselesaikan.

Kisah-kisah perokok balita selalu dimulai dengan orang tua yang tidak bisa mengurus anaknya. Alasan-alasan seperti anaknya mengamuk jika tidak diberi tetaplah alasan. Bagaimanapun, orang tua harus bisa lebih berkuasa kepada anak, dan memilih untuk tegas ketimbang kalah pada rengekan anak.

Pada kasus yang terjadi di Sukabumi, si balita diperkirakan mengenal rokok dari kebiasaan di sekitar dan puntung rokok yang berserakan. Kemudian, sang anak dengan berani meminta rokok pada orangtuanya. Jika tidak diberi, anaknya mengamuk. Takut akan hal itu, anaknya kemudian diberi rokok. Beritanya sih, sampai 2 bungkus sehari.

Dari kasus tadi kita dapat melihat betapa lemahnya peranan orang tua sang balita dalam menghindarkan rokok dari anaknya. Mereka tidak mampu mengendalikan anaknya untuk berhenti melakukan aktivitas yang tidak boleh dilakukan orang seusianya. Apalagi kemudian mereka malah mengakomodir keinginan sang anak dengan memberi rokok berapapun jumlahnya.

Bahwa memang ada kesalahan dari orang-orang di sekitar sang balita, tapi hal yang paling berperan dalam fenomena ini jelas ketidaktegasan orangtuanya. Seandainya sedari awal mereka tegas menolak rengekan anaknya, walau kemudian harus mengamuk, harusnya mereka bisa mengendalikan anaknya. Setidaknya, mereka harus bisa menunjukkan kuasa orang tua pada anaknya.

Hampir di semua kasus balita merokok, peranan orang tua sangat mempengaruhi bagaimana hal tersebut terjadi. Pun dengan kasus yang terjadi di Nunukan, amukan anak membuat orang tua menjadi lemah dan malah membiarkan anaknya merokok. Padahal, harusnya mereka dapat bertindak dan menunjukkan pada anaknya bahwa ketegasan orang tua tidak bisa diganggugugat.

Tapi tentu saja, kita tidak bisa menyalahkan orang tua terus menerus. Peran lingkungan dan masyarakat dalam hal ini juga penting. Seandainya tetangga si balita bisa memberi saran agar orangtuanya berani bertindak tegas, bisa jadi hal seperti ini tidak akan berlarut-larut terjadi. Atau seandainya orang-orang di lingkungan sekitar sang balita berani memarahi si anak ketika sedang merokok, mungkin sang anak bisa belajar bahwa merokok di usia segitu bukanlah hal yang tepat.

Peran para perokok untuk menghindari permasalahan seperti ini pun sangat penting. Bagaimana mereka tidak merokok ketika bersama anak-anak, juga ketika mereka tidak membuang puntung rokok sembarangan. Semua hal yang membuat anak-anak mengenal rokok sejak dini bisa dihindari.

Sebenarnya sih, jika mau berlaku yang benar, anak-anak itu harusnya diberikan edukasi sejak dini terkait rokok. Beri mereka alasan-alasan jelas mengapa anak-anak belum boleh merokok. Beri mereka pemahaman dengan benar agar mereka bisa mengerti bahwa mereka belum boleh merokok. Tapi, sayangnya, hal seperti ini adalah musuh bagi mereka yang suka menjadikan kasus-kasus semacam ini sebagai dagangan.

The post Melihat Peranan Orang Tua dalam Fenomena Balita Merokok appeared first on Komunitas Kretek.

Siasat Merokok Sarri Menyoal Larangan Merokok

$
0
0

Pelatih baru Chelsea FC, Murizio Sarri, merupakan seorang perokok. Kebiasaannya merokok tetap dilakukan meski berstatus sebagai pelatih tim olahraga. Konon, Sarri bisa menghabiskan hingga 80 batang rokok per hari. Fans Napoli sangat akrab dengan pemandangan Sarri merokok kala menukangi klub asal kota Naples tersebut.

Kebiasaan merokok Sarri ketika di Italia ternyata tak bisa dilakukannya bersama Chelsea. Di Inggris, larangan merokok di ruang tertutup (termasuk stadion sepak bola) diberlakukan. Larangan tersebut ternyata tak membuat Sarri lantas berhenti total dari aktivitas legal tersebut (baca: merokok).

Pada laga resmi pertama Chelsea, Sarri terlihat menahan hasrat merokoknya dengan menggigit busa filter rokok di pinggir lapangan saat Chelsea menghadapi Manchester City pada ajang Community Shield di Wembley. Dengan menggenggam sebungkus rokok Sarri bergaya laiknya seorang yang sedang merokok. Bedanya, rokok Sarri tak disulut api.

Pemandangan serupa terus terjadi di laga-laga Chelsea selanjutnya. Di pekan pertama dan kedua Premier League (menghadapi Huddersfield dan Arsenal), Sarri kembali terlihat memegang puntung rokok yang tak menyala. Khusus di laga melawan Arsenal, Sarri mengaku benar-benar ingin merokok. Maklum, di penghujung babak pertama Chelsea sempat tertekan karena Arsenal berhasil menyamakan kedudukan 2-2 setelah sebelumnya unggul 2-0.

“Saya menikmati pertandingan selama 75 menit, tidak 15 lainnya berikutnya. Di 15 menit [terakhir] lebih baik merokok, saya pikir. Saya pikir ini pertandingan yang luar biasa untuk semua orang.” dikutip dari talkSPORT (19/8/2018).

Beberapa hari lalu, saat Chelsea menang secara dramatis dari Newcastle United, Sarri lagi-lagi terlihat mengemut puntung rokok di bibirnya. Pada laga di St. James Park tersebut Chelsea sempat dibuat frustasi karena gagal menembus pertahanan rapat Newcastle. Beruntung akhirnya Chelsea menang.

Dari beberapa kejadian tersebut, manajemen Chelsea berencana membuat satu spot ruang bagi Sarri untuk merokok di Stamford Bridge. Manajemen Chelsea sadar bahwa kebiasaan merokok Sarri tak bisa dihilangkan begitu saja. Roman Abramovich, pemilik Chelsea, juga tak mau bertaruh nasib Chelsea andai ide-ide brilian Sarri tak bisa mengalir hanya karena larangan merokok.

Apa yang ditunjukkan Sarri merupakan bukti bahwa perokok pun bisa menghargai aturan dan hak mereka yang tidak merokok. Ia tidak memaksakan diri tetap merokok karena tahu hal itu dilarang. Dari Sarri kita bisa belajar, bahwa perokok bukan orang tak tahu aturan. Setidaknya Sarri telah membuktikan.

The post Siasat Merokok Sarri Menyoal Larangan Merokok appeared first on Komunitas Kretek.

Bukan Rokok Yang Membuat Asmara Putus

$
0
0

Dalam kehidupan ini, saya percaya banyak hal dapat terjadi karena adanya hukum sebab-akibat atau aksi-reaksi. Misalnya, kamu dan pacar pada akhirnya bisa menikah karena melewati fase pacaran, asal mula terjadinya proses pacaran karena adanya ketertarikan dan saling ingin mengikat kuat. Singkatnya, jika putusnya suatu hubungan asmara karena rokok, ini hal absurd yang perlu ditilik ulang.

Benarkah karena rokok atau karena berhasilnya mitos di kepala kamu tentang rokok. Siapa yang bikin mitos itu bersarang di keyakinanmu? Hayo siapa hayooo. Toh kamu juga punya hak menunaikan hobi yang tidak dapat diganggugugat siapapun, pergi shoping untuk menambah koleksi sepatu kamu misalnya. Sesat pikir saja jika semua salah rokok ataupun salah sepatu. Boleh jadi penyebab tali asmara kalian putus karena:

  1. Bosan

Sudah umum persoalan putus cinta dilatari rasa bosan, salah satu momok menyebalkan bagi yang mengalaminya. Rasa bosan sama pacar pastilah ada di tiap hubungan, kalo tak mau dijangkit rasa bosan pada kisah asmara kamu mesti bulatkan tekad untuk cari pacar yang cakep, pengertian, pintar dan romantis seperti Lee Young Joon  di drama Korea What’s Wrong with Secretary Kim. Pasti deh kisah asmara kamu akan berwarna setiap waktu.

  1. Selingkuh dan orang ketiga

Hal lain selain dilatari rasa bosan sama pasangan, perselingkuhan salah satu penyebab putusnya hubungan kamu dengan pacar. Pula penyebab si pacar selingkuh karena hadirnya orang ketiga. Orang ketiga itu kayak maling, bisa masuk ke rumah kita kapan saja. Kita mesti waspada, lengah dikit  bisa kemalingan. Hal ini bisa terus terjadi kalau kamu tidak bersungguh menjaga hatinya.

  1. Tidak direstui ibu

“Ah, masih sebatas pacaran, gak usah dikenalin ke ibu dulu deh”,  kalimat begini ini yang bikin rawan putus, karena restu dari ibu itu sesuatu yang sakral bagi seorang anak. Tapi kalau sudah begitu impresi ibu, kebaperan diri pun mendera, tsaaah, mana lagi sayang-sayangnya. Kalian sudah coba merajut asa bersama, berharap hubungan akan langgeng sampai bongkokan. Eh, tahu-tahu ibu kamu sudah menyiapkan calon menantu idaman. Who knows? Sebelum semua terlambat, mending langsung cepat-cepat kenalkan pacar ke ibu kamu biar dapet restu. Lambungkan impian ibu akan masa depan kamu bersamanya, misalnya kelak kamu bakal memberi Ia cucu yang imut.

  1. Hubungan jarak jauh

“Sehari tak bertemu rasanya rindu, ingin rasanya bertemu terus.” Agak berlebihan memang, tapi ungkapan itu saya kira sangat mewakili hati yang sedang berbunga-bunga karena jatuh cinta. Hubungan jarak jauh dua kali lebih rawan putus ketimbang kita dan pacar tinggal satu kota. Ongkos cintamu jauh lebih boros dibanding ongkos pergi haji, eh. Udah deh mending pacaran sama teman kampus saja, lebih gampang ketemu dan tentu irit ongkos pula. Iya, itu dari persfektif ekonomisnya.

  1. Pupusnya rasa saling percaya

Inilah mungkin salah dua hal penting kenapa sila Pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Perumusnya jelas punya satu pandangan yang dalam, bahwa sebuah tekad bersama agar lestari dan berjalan seturut cita-cita, haruslah dilandasi satu kepercayaan yang kuat. Saling percaya bahwa ada andil Tuhan Yang Maha Esa dalam mempertemukan cinta kalian, termasuk pula andil dalam memisahkan.

Jika pacar kamu seorang perokok dan memiliki kesantunan yang diterapkan. Tahu kapan waktunya merokok, tahu di mana tempat yang diperbolehkan, dan sadar akan kebersihan. Tidak usah takut. Dia tidak akan mati disebabkan oleh ekspresi budayanya yang santun dalam merokok. Tuhan juga sayang sama orang-orang yang saling menghargai. Kalau rokok kamu bilang bikin dia sakit dan cepat mati. Berarti kamu tidak percaya sama kehendak Sang Pemberi Hidup. Ini hal mendasar loh soal rasa percaya. Kalau dasarnya sudah tidak percaya, karena kamu terilusi kalau umur pacaran kamu bakal seumur sebatang rokok, mencurigai nasib kamu bakal seperti sebatang rokok, habis nikmat puntung dibuang. Itu namanya kamu kelewatan, kelewat sempurna untuk disebut sebagai orang beriman.

The post Bukan Rokok Yang Membuat Asmara Putus appeared first on Komunitas Kretek.

Bambang Hartono Atlet Tertua di Asian Games 2018, Mempopulerkan Olahraga yang Bikin Tidak Cepat Pikun

$
0
0

Bukan hanya prestasi para atlet muda dari berbagai cabang olahraga populer di Asian Games yang mendulang perhatian. Ada sosok kontroversi yang belakangan juga turut menyita mata publik serta komentar banyak netizen. Adalah Bambang Hartono. Yang lebih dikenal publik sebagai orang terkaya di dunia urutan ke 75 versi majalah Forbes.

Dari cabang Atletik kita sempat dibuat cengang oleh prestasi Lalu Zohri, dari cabang Taekwondo kita dibuat bangga oleh prestasi Defia Rosminar, pula Jonatan Christie dan Anthony Ginting melalui cabang Badminton.

Bagaimana dengan cabang olahraga Bridge? Yang kalau di masyarakat umum kita lebih populer dengan istilah main kartu remi. Nah, Bambang Hartono ini mempopulerkan satu cabang olahraga yang jarang diketahui publik kita. Cabang olahraga yang di masyarakat kita lebih sering diasosiasikan sebagai main judi.

Beberapa waktu lalu netizen lebih sering menyinyiri Bambang Hartono lantaran statusnya sebagai bos PT Djarum, menyinyiri kekayaannya yang didapat dari berbagai bisnis yang dikelolanya. Satu lagi tafsir mereka yang belum mau mengakui aktivitas bermain kartu remi sebagai olahraga. Sudah barang tentu bagi antirokok ini menjadi gorengan tersendiri. Apalagi kalau bukan ujung-ujungnya menggiring opini publik untuk membenci industri rokok.

Mereka yang nyinyiran itu tidak pernah mau ambil peduli, bahwa ada perjuangan yang tidak sepele yang dilakukan Bambang Hartono terkait cabang olahraga Bridge agar dapat masuk Asian Games 2018 ini. Pun andil PT Djarum dalam mencetak atlet-atlet berprestasi dari cabang Badminton.

Bambang Hartono yang sudah berusia sepuh, yang sudah menginjak usia 79 tahun ini jelas membuktikan satu hal penting pada kita, bahwa usia tua bukanlah batasan dalam meraih prestasi dalam olahraga. Ia dan Timnas Bridge Indonesia pernah mengalahkan juara dua dunia dari Prancis pada turnamen Atlanta Summer North America Bridge di Amerika Serikat.

Sejak tahun 2008, beliau tercatat sudah mengantongi berbagai medali seperti, Kejuaraan Dunia Senior Bridge (perunggu), Tahun 2009 Kejuaraan Dunia Senior Bridge (perunggu) dan Zona Asia Senior (emas). Tahun 2011 juara pertama Zona Asia Senior (emas), Tahun 2015 mengikuti APBF Championship (emas) dan terakhir, Tahun 2017 mendapatkan perak untuk Zona Asia Senior.

Melalui tulisan ini kita tak perlu jauh-jauh meninjau prestasi maupun kekayaannya. Justru ada satu hal penting yang mungkin luput dari perhatian publik. Bahwa ada motivasi mendasar yang membuat atlet tertua pada Asian Games 2018 itu menggemari olahraga Bridge. Ketika ditanya apa yang membuatnya masih menggeluti Bridge sebagai atlet profesional, Bambang menjawab: “Supaya tidak cepat pikun.”

Kiranya kita bisa memetik satu hikmah, yang tak ada salahnya pula jika antirokok dapat meneladaninya, terutama dalam rangka mengentaskan persoalan yang ditengarai mewabah di masyarakat kita, yakni penyakit pikun. Jikalau penyakit itu mewabah di kalangan orang muda, iya apa salahnya juga wahai orang muda untuk belajar dari cara Bambang Hartono dalam menyiasati penyakit pikun itu. Yuk, main kartu kita.

The post Bambang Hartono Atlet Tertua di Asian Games 2018, Mempopulerkan Olahraga yang Bikin Tidak Cepat Pikun appeared first on Komunitas Kretek.


Turis yang Merokok di Jakabaring Tak Sepenuhnya Bersalah

$
0
0

Sehari setelah perayaan kemerdekaan Republik Indonesia, Asian Games 2018 resmi dibuka dengan pesta Opening Ceremony yang mewah dan meriah di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Ditambah atraksi Presiden Jokowi yang memasuki stadion GBK dengan mengendarai moge, penonton lokal dan turis semakin riuh bergembira.

Pada Asian Games kali ini, panitia bekerja sama dan bersepakat dengan pemerintah Indonesia sebagai tuan rumah untuk memperketat soal aturan larangan merokok di tiap venue pertandingan. Asian Games di Jakarta dan Palembang dipastikan steril dari asap rokok. Di Stadion Patriot Candrabaga, misalnya, para perokok dibuat tidak nyaman. Petugas keamanan dari kepolisian dan sukarelawan melakukan razia ketat terkait rokok dan alat pemantik api.

Di Jakabaring Sport City (JSC), Palembang, juga tersedia cukup banyak papan pengumuman larangan merokok di area tersebut. Tidak tanggung-tanggung, papan pengumuman yang disediakan berukuran besar; 2 x 4 meter. Itu pun masih ditambah papan pengumuman berukuran “sedang” dengan rasio 1,2 x 0,9 meter yang cukup banyak tersebar di arena ini.

Secara hukum, aturan dilarang merokok ini tercantum dalam Peraturan Daerah (Perda) Sumatera Selatan Nomor 7 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Dalam Perda ini, arena olahraga termasuk dalam tempat umum yang menjadi salah satu area dilarang merokok.  Jadi, aturan ini sebenarnya bukan aturan baru, hanya baru terlihat ada saat menjelang Asian Games. Masyarakat Indonesia, khususnya Sumatera Selatan, mungkin sebagian tahu mengenai aturan ini. Tapi bagaimana dengan warga negara asing?

Seperti diketahui, salah seorang turis Asian Games kedapatan merokok di venue menembak JSC, Selasa (21/8/2108). Turis pria tersebut nampak santai mengisap sebatang rokok meski di sekitarnya tak ada orang lain yang merokok.

Plt Kepala Sat Pol PP Sumsel, Leni Marlina menegaskan tak pandang bulu dalam memberikan sanksi terhadap orang yang melanggar Perda KTR di kawasan Go Green JSC Palembang.

“Kita tidak pandang bulu mau dia masyarakat lokal maupun turis, kalau melanggar perda akan diberikan sanksi,” tegasnya.

Dalam Pasal 24 Perda tersebut, warga yang merokok di kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok diancam dengan sanksi pidana penjara selama tiga bulan atau dikenakan pidana denda maksimal Rp 500 ribu.

“Statusnya di mata hukum sama saja, meski dia turis kan dia melanggar perda kita maka akan didenda. Kita akan segera cari pelakunya,” tambah Leni.

Sebenarnya sah-sah saja jika pemerintah memberlakukan aturan KTR. Yang menyebalkan adalah tidak tersedianya ruang merokok agar mereka yang merokok tidak sembarang merokok di ruang publik. Padahal, berdasarkan putusan MK Nomor 57/PUU-IX/2011 dengan tegas dinyatakan: tempat kerja dan tempat umum lainnya menyediakan ruang merokok. Artinya, tempat umum seperti area olahraga perlu menyediakan ruang merokok untuk masyarakat.

Kalau ruang merokok sudah tersedia namun masih ada perokok yang bandel merokok di KTR, ya, saya sih sepakat jika hukum diterapkan. Masalahnya, ketiadaan ruang merokok juga merupakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pengelola ruang publik alias pemerintah. Jelas, karena konstitusi mengaturnya (ketersediaan ruang merokok).

Dalam kasus turis Asian Games di Palembang, Ia tak sepenuhnya bersalah. Maksudnya, pemerintah harus berkaca terlebih dahulu; apakah mereka sudah memenuhi amanat konstitusi?

Jangan sok tegas menegakkan hukum sampai ke turis asing, padahal sama-sama melanggar. Malu.

The post Turis yang Merokok di Jakabaring Tak Sepenuhnya Bersalah appeared first on Komunitas Kretek.

3 Keisengan Perokok Sebelum Rokoknya Dibakar

$
0
0

Merokok dikala senggang memang begitu mengasyikkan, apalagi ditemani secangkir kopi panas dan pisang goreng buatan si ibu, sudah bisa saya simpulkan bahwa ini adalah kegiatan paling paripurna bagi perokok. Bahkan, bukan hanya di kala senggang kegiatan merokok kita bisa begitu nikmat, saat mengerjakan tugas, kumpul keluarga besar, dan hang out bareng teman karib, sudah tentu ditemani rokok akan sangat indah.

Dibalik keindahan merokok kita. Terkadang, ada saja tingkah aneh nan iseng yang teman-teman kita lakukan atau mungkin kita. Bahkan, disebagian porokok keisengan ini sudah menjadi tradisi yang hukumnya wajib dilakukan sebelum menyalakan rokok dengan pemantik api. Dan saya sudah melakukan penelitian iseng tentang itu, berikut  daftarnya:

Membakar gabus rokok

Anda yang pernah melakukan ini silahkan acungkan tangan. Kegiatan iseng ini dilakukan untuk para perokok yang gemar dengan rokok kretek filter. Sederhananya adalah kegiatan ini sebenarnya karena ketika kita sedang asyik merokok tanpa kita sadar tangan sebelah kita memegang korek atau terus digenggam untuk menhindari pencurian yang bisa memicu keributan besar.

Biasanya juga, membakar gabus rokok ini dilakukan oleh kita untuk tetap bisa merokok dengan mengandalkan meminta rokok teman yang berbeda merk, para perokok memang selektif dalam memilih merk rokok yang menurutnya racikannya pas untuk disantap. Dan membakar gabus rokok ini sebagai bentuk adaptasi untuk tetap bisa menikmati rokok pintaan dari teman.

Melumuri kretek dengan ampas kopi

Keisengan ini adalah keisengan yang paling terniat. Bagaimana tidak, kita harus mengorek-ngorek ampas kopi yang terkadang masih tersisa sedikit air dan harus kita sruput sampai benar-benar kering. Melumuri kretek dengan ampas kopi memang memiliki cita rasa tersendiri untuk para kretekus, sensasi yang ditimbulkan juga berbeda karena asap yang dihasilkan akan memiliki cita rasa kopi.

Kegiatan ini mungkin terinspirasi dari aktivitas cethe yang sudah terkenal dilakangan kretekus. Cethe dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan penuh seni, biasanya mereka akan mengukir dengan ragam pola yang bebeda-beda. Tapi, hasilnya akan sama saja karena asap rokok akan memiliki wangi yang khas. Jadi, kalau nyethe karena niat dan persiapan yang matang, kalau sedang iseng ya lumuri saja kretek dengan ampas kopi sisa kita.

Memijit-mijit batang retek

Aktivitas memijit tidak perlu memiliki kemampuan khusus untuk dilakukan, kegiatan ini adalah kegiatan untuk para kretekus yang gemar dengan rokok non filter. Merokok kretek non filter memiliki tradisi yang khas, atau mungkin itu hanya keisengan kalian saja.

Memijit kretek yang terasa padat biasanya dilakukan agar kita tidak terlalu berat dalam mengisap si kretek, karena bisa jadi kita akan tersedak. Jadi, memijit-meijit kretek ini perlu dilakukan sebelum atau saat kretek sudah dinyalakan. Kreteknya nikmat, hisapannnya nikmat, dan perbincangan bersama teman juga nikmat. Lantas, nikmat apalagi yang kau dustakan?

The post 3 Keisengan Perokok Sebelum Rokoknya Dibakar appeared first on Komunitas Kretek.

6 Jenis Cerutu dan Cara Tepat Mengonsumsinya

$
0
0

Cerutu seringkali dianggap dan diperlakukan oleh pemula layaknya rokok konvensional. Tentu ada teknik-teknik khusus dalam mengonsumsi cerutu. Sebelum membeli atau mengonsumsi cerutu,  kenali dulu sebelum memilih jenis cerutu yang tepat.

Cerutu memang identik dengan Cuba, tapi jangan salah loh, gaes. Indonesia juga memiliki beragam jenis cerutu, bahkan ada yang dibuat mengikuti metode yang dilakukan pembuatan cerutu di Cuba.  Tembakau Deli dan Jember yang paling terkenal sampai ke manca negara.

Jember adalah salah satu daerah penghasil cerutu, salah satunya adalah BIN Cigar Jember yang mempunyai tiga produk andalan yang mengadopsi citarasa cerutu Cuba, yaitu Half Corona (cerutu dari daun bawah tembakau), Corona (cerutu dari daun kaki tembakau), dan Robusto (cerutu dari daun atas tembakau). BIN Cigar juga memproduksi cerutu kecil El Nino dan Maumere yang rasa dan aroma khas tembakau Cuba dengan kesan rasa ringan, soft, dan netral.

Melalui tulisan ini saya akan perkenalkan jenis-jenis cerutu untuk melengkapi pengetahuan kita, sedikitnya kita harus tahu membedakan jenis cerutu yang ada di pasaran. Meski mungkin cerutu bukanlah produk konsumsi yang bersesuai dengan kocek kita. Tetapi perlu diketahu juga banyak loh cerutu lokal yang harganya relatif terjangkau, mulai dari merk Kenner, Cigarilos, Hermanos dan Havana.  Oke ya, sila disimak jenis-jenis cerutu yang baiknya kita tahu.

  1. Jenis Corona

Cerutu ini berukuran sekitar 15 cm dan 42-ring — ini merujuk kepada diameter cerutu. Jenis ini memiliki ujung yang terbuka (bagian yang dibakar) dan kepala tertutup yang bulat (bagian yang diisap).

  1. Jenis Pyramid

Cerutu ini meruncing dan memiliki kepala tertutup yang lancip.

  1. Jenis Torpedo

Cerutu ini memiliki kepala yang lancip dan ujung yang tertutup.

  1. Jenis Perfecto

Seperti jenis Torpedo juga penampakannya, namun menggembung di tengah dan kedua ujungnya tertutup, membuat cerutu ini terlihat seperti cerutu yang bulat.

  1. Jenis Panatela

Cerutu ini berukuran sekitar 18 cm dan 38 ring, lebih panjang dan tipis dari Corona.

  1. Jenis Culebra

Cerutu ini dibuat dari tiga Panatela yang dikepang. Terlihat seperti tambang yang tebal. Unik deh kalau dilihat secara fisik.

Idealnya, untuk membuka tutup cerutu menggunakan sebuah guillotine (pemotong khusus satu pisau), namun jika tidak ada bisa juga menggunakan pisau yang sangat tajam. Jangan menggunakan gunting yang tumpul apalagi gigi, atau pisau roti nanti merusak cerutunya.

Untuk membakar  cerutu, korek api kayu yang panjang itu yang cocok atau pemantik zippo. Karena dua jenis pemantik itu tidak akan merubah rasa cerutu. Jangan gunakan pemantik yang biasa dijual di Indo Maret, jangan juga membakarnya dari api lilin beraroma. Merusak citarasanya nanti.

Nih, sekadar tambahan pengetahuan juga. Sebelum menikmati asap cerutu, terlebih dahulu hangatkan tembakau pada kaki cerutu. Kaki cerutu adalah bagian yang akan kita nyalakan. Posisikan apinya di bawah kaki cerutu tanpa menyentuhnya, ngambang saja, dan putar cerutunya beberapa kali hingga kakinya menghangat secara merata. Hal ini akan menghangatkan tembakaunya dan membuatnya menyala lebih gampang.

Sekali lagi, cara mengonsumsi cerutu itu beda dari rokok konvensional. Setelah dipastikan menyala masukkan dulu cerutunya ke dalam mulut dan biarkan asapnya masuk. Kemudian, tahan beberapa saat di mulut untuk merasakannya, lalu buang. Jangan menghirup asap cerutu, lakukan layaknya mengkumur rongga mulut dengan asap. Rasanya itu untuk dinikmati, bukan dihirup.

The post 6 Jenis Cerutu dan Cara Tepat Mengonsumsinya appeared first on Komunitas Kretek.

Buruh Kepik Cengkeh Mendapat Nilai Tambah dari Panen Raya di Munduk

$
0
0

Cengkeh telah lama menjadi sumber penghidupan masyarakat Desa Munduk. Dari komoditas ini tak hanya pemilik lahan perkebunan saja yang diuntungkan. Warga masyarakat lainnya juga mendapatkan nilai tambah dari cengkeh. Salah satunya dari aktivitas ngepik, yaitu proses pemilahan bunga cengkeh dari batangnya.

Sejak memasuki Agustus kesibukan desa yang berada di wilayah Singaraja Kabupaten Buleleng Bali ini menampakkan aktivitas yang berbeda dari dua musim sebelumnya. Pada tahun 2018 ini panen cengkeh terbilang merata di Munduk, masyarakat menyebutnya sebagai panen raya.  

Ngepik adalah kerja sambilan bagi warga. Seperti yang dilakukan Pak Ketut dan istrinya. Sembari berjualan keduanya mengisi waktu dengan ngepik cengkeh. Bunga-bunga cengkeh yang dipilah dari batangnya itu bukan berasal dari kebun Pak Ketut, semua didatangkan dari pemilik kebun yang tengah mendulang keuntungan dari panen raya.

Pak Ketut juga memiliki kebun yang menurutnya tak seberapa luas. Dari aktivitas ngepik dia dapat menghasilkan 40 Kg yang kalau dirupiahkan sekitar Rp 60.000 upahnya, per kilogram dikenai upah Rp 1.500. Bagi bapak 3 anak ini upah dari ngepik cukup memberi nilai tambah yang sangat membantu.

Panen raya tahun ini beberapa pemilik kebun cengkeh mengaku merasa kewalahan karena kekurangan tenaga. Terutama untuk jasa pemetik cengkeh. Keterampilan memanjat dan memetik cengkeh ini tentu bukanlah kerja yang sembarangan. Menurut Pak Ketut, kebanyakan mereka yang menjadi buruh petik di kebun cengkeh berasal dari luar Desa Munduk.

Pak Ketut sendiri tidak punya keterampilan semacam itu. Dari panen raya tahun ini seperti yang sudah-sudah, Ia memilih ngepik saja untuk menambah penghasilan keluarganya. Anak-anaknya sudah tidak lagi bergantung hidup dari Pak Ketut. Semuanya sudah pada bekerja di kota.  

Cengkeh adalah komponen penting yang terserap untuk industri kretek. Sekitar 93% komoditas cengkeh dalam negeri dipakai untuk rokok khas Indonesia tersebut. Dari komoditas cengkeh tidak hanya bunganya saja yang dimanfaatkan. Batang serta daunnya juga memberi keuntungan bagi masyarakat.

Karena itu tak heran jika cengkeh disebut sebagai komoditas perkebunan yang strategis. Selain terserap untuk industri kretek, dari komponen cengkeh juga dapat dimanfaatkan menjadi minyak, persentasenya memang tak seberapa besar.  Namun dipandang dari nilai strategisnya, komoditas ini memiliki manfaat besar bagi pemasukan negara.

Celaka saja jika kepentingan kesehatan global kemudian mendiskreditkan rokok, terutama kretek yang sebagian besar dikonsumsi masyarakat Indonesia. Yang oleh pihak kesehatan digadang-gadang penyebab dari tingginya angka penderita kanker dan penyakit lainnya. Sementara seperti yang kita ketahui, cengkeh juga menjadi penopang perekonomian masyarakat dan negara.

Tentu tak hanya Pak Ketut yang mendapatkan keuntungan dari panen raya tahun ini. Sebagian besar masyarakat Indonesia pun turut menikmati hasilnya. Karena cengkeh sekali lagi dibutuhkan untuk kretek.

Pajak dan cukai dari industri kretek memberi sumbangan yang tidak kecil untuk pembangunan, juga pemanfaatan di sektor kesehatan. Salah satunya dengan dibangunnya rumah sakit paru di Karawang, serta pengadaan fasilitas alat rumah sakit di beberapa tempat lainnya yang disumbang dari cukai rokok.

The post Buruh Kepik Cengkeh Mendapat Nilai Tambah dari Panen Raya di Munduk appeared first on Komunitas Kretek.

Mengenal Pupuk Alami dari Petani Cengkeh di Munduk

$
0
0

Cengkeh sebagai komoditas perkebunan yang terserap lebih dari 90%-nya untuk industri kretek ini telah lama menjadi tumpuan hidup masyarakat Munduk. Cengkeh telah melewati berbagai suka duka sejarah di desa yang subur tanahnya ini. Selain dari cengkeh, dari komoditas kopi masyarakat juga mendapatkan penghasilan.

Tak heran jika ada beberapa wilayah perkebunan di Munduk yang ditumbuhi pohon kopi. Dataran Munduk yang berada pada ketinggian 600-1200 dpml memang sangat mendukung untuk menghasilkan kopi-kopi berkualitas. Panen cengkeh dan panen kopi bergantian terjadi sekali dalam setahun di Munduk.

Menurut seorang tenaga penggarap, Kadek Koko, tanaman kopi terbilang lebih manja perawatannya ketimbang cengkeh. Namun bukan berarti cengkeh tidak membutuhkan perhatian lebih. Perawatan terhadap rempah-rempah khas Indonesia ini juga harus dilakukan secara berkala.

Sebagian besar petani cengkeh di Munduk hanya memberi pupuk satu kali dalam setahun. Pupuk yang dipakai pun umumnya pupuk jadi, bukan pupuk buatan sendiri. Setelah diberi pupuk itu kemudian dibiarkan saja kebun cengkehnya, pemilik kebun biasanya sibuk mengurusi komoditas yang lain.

Bahkan tak jarang juga dari mereka yang memberi ‘doping’ kimiawi agar pohon cengkehnya tetap kuat dan mengalami percepatan pertumbuhan. Biasanya dari jenis pupuk merk Phonska, yang pada tahun 2016 lalu beredar produk gadungannya dari Sukabumi.

Namun ada hal menarik yang ini jarang dilakukan oleh petani kebanyakan di Munduk, yakni perlakuan intensif yang dilakoni Komang Armada terkait perawatan terhadap pohon-pohon cengkehnya.

Ia sangat perhatian terhadap komoditas perkebunannya. Untuk itu Ia menyediakan tangki air di tiap kebunnya serta media pembuatan pupuk organik. Berbeda dari kebun cengkeh milik petani cengkeh lainnya. Itu semua Ia fasilitasi sendiri untuk memudahkan proses pembuatan pupuk di kebunnya.

Dia membuat sendiri pupuk organiknya di kebun bersama beberapa tenaga penggarap, yang dianggapnya pula sebagai teman belajar dalam hal tata kelola kebun. Komang armada memanfaatkan beberapa jenis buah, salah satunya Kakao, dan untuk pestisidanya Ia juga memanfaatkan buah Lerak yang diakui ampuh membasmi hama cengkeh. Menurutnya ini sangat efesien alias hemat biaya, meski beberapa orang menilai apa yang dilakukannya itu tidaklah praktis.

Bagi Komang Armada, apa dilakukannya melalui pemberian pupuk organik dapat membantu meningkatkan nutrisi yang dibutuhkan pohon-pohon cengkehnya. Hara tanahnya pun menjadi lebih bagus dengan pemberian pupuk organik.

Terkait itu ada masa-masa yang cocok dalam pemberian pupuk, Komang Armada menghitungnya berdasar weton (penanggalan Bali), biasanya dilakukan ketika memasuki musim penghujan. Pada masa kemarau dan pasca panen, tentu membutuhkan pula perhatian yang lebih intens. “Iya karena seluruh bunganya sudah kita ambil, sebanyak apa kita ambil sebanyak itu pula yang harus kita berikan.” Begitulah prinsip Komang Armada dengan segala laku hidupnya yang sederhana.

Satu hal yang juga menarik, setidaknya bagi saya yang awam, petani panutan ini juga kadang memanfaatkan dedak kopi untuk dijadikan pupuk. Dedak yang biasa digunakan biasanya didapat dari sisa penggilingan kopi milik kerabatnya. Dedak kopi oleh para petani biasanya juga dijadikan pakan ternak.

Dedak kopi tersebut cukup kaya akan kandungan nutrisi (NPK) yang dibutuhkan pohon cengkeh. Tak heran jika kemudian cengkeh-cengkeh yang berasal dari kebun miliknya cukup berkualitas dibanding dengan cengkeh-cengkeh yang tidak mendapatkan perawatan intensif.

Nah, dari sisi ini kita dapat mengambil satu kesimpulan bahwa komoditas kopi, tidak hanya apa yang dihasilkan dan terserap oleh pasar. Kopi tidak hanya menjadi teman merokok kita di kesempatan apapun. Ternyata dedaknya yang berasal dari cangkang kopi, juga dapat dimanfaatkan untuk menunjang pertumbuhan pohon cengkeh serta dapat memberi hasil yang menggembirakan.

Artinya, sebagai sama-sama komoditas strategis, kopi di Munduk tidak hanya terserap untuk memenuhi kebutuhan pasar penikmatnya. Namun juga ada nilai lain yang bisa dimanfaatkan petani cengkeh, iya dengan catatan asal petaninya mau lebih perhatian terhadap pohon-pohon cengkehnya.

Kalau saja semua petani di Munduk berlaku seperti Komang Armada dengan segenap kreatifitasnya itu, memberi waktu lebih untuk meningkatkan kualitas hasil cengkehnya, boleh jadi pupuk di pasaran yang lumayan mahal harganya bagi petani bakal mangkrak saja di gudang para suplier, alias tidak laku.

The post Mengenal Pupuk Alami dari Petani Cengkeh di Munduk appeared first on Komunitas Kretek.

Viewing all 2293 articles
Browse latest View live